Kamis, 17 Januari 2013

suku batak



Suku Batak
SEJARAH
Suku bangsa Batak dari Pulau Sumatra Utara. Daerah asal kediaman orang Batak dikenal dengan Daratan Tinggi Karo, Kangkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, Toba, Mandailing dan Tapanuli Tengah. Daerah ini dilalui oleh rangkaian Bukit Barisan di daerah Sumatra Utara dan terdapat sebuah danau besar dengan nama Danau Toba yang menjadi orang Batak. Dilihat dari wilayah administrative, mereka mendiami wilayah beberapa Kabupaten atau bagaian dari wilayah Sumatra Utara. Yaitu Kabupaten Karo, Simalungun, Dairi, Tapanuli Utara, dan Asahan.
http://aiidasarii06.files.wordpress.com/2011/12/420px-etnis_batak.png?w=300&h=200                                                     http://aiidasarii06.files.wordpress.com/2011/12/4057461763_7fc92738ba1.jpg?w=300&h=199
 Versi sejarah mengatakan Si Raja Batak dan rombongannya datang dari Thailand, terus ke Semenanjung Malaysia lalu menyeberang ke Sumatera dan menghuni Sianjur Mula Mula, lebih kurang 8 km arah Barat Pangururan, pinggiran Danau Toba sekarang. Versi lain mengatakan, dari India melalui Barus atau dari Alas Gayo berkelana ke Selatan hingga bermukim di pinggir Danau Toba. Diperkirakan Si Raja Batak hidup sekitar tahun 1200 (awal abad ke-13). Raja Sisingamangaraja XII salah satu keturunan Si Raja Batak yang merupakan generasi ke-19 (wafat 1907), maka anaknya bernama Si Raja Buntal adalah generasi ke-20. Batu bertulis (prasasti) di Portibi bertahun 1208 yang dibaca Prof. Nilakantisasri (Guru Besar Purbakala dari Madras, India) menjelaskan bahwa pada tahun 1024 kerajaan COLA dari India menyerang SRIWIJAYA yang menyebabkan bermukimnya 1.500 orang TAMIL di Barus.Pada tahun 1275 MOJOPAHIT menyerang Sriwijaya, hingga menguasai daerah Pane, Haru, Padang Lawas. Sekitar rahun 1.400 kerajaan NAKUR berkuasa di sebelah Timur Danau Toba, Tanah Karo dan sebagian Aceh. Dengan memperhatikan tahun tahun dan kejadian di atas diperkirakan:Si Raja Batak adalah seorang aktivis kerajaan dari Timur Danau Toba (Simalungun sekarang), dari Selatan Danau Toba (Portibi) atau dari Barat Danau Toba (Barus) yang mengungsi ke pedalaman, akibat terjadi konflik dengan orang-orang Tamil di Barus. •Akibat serangan Mojopahit ke Sriwijaya, Si Raja Batak yang ketika itu pejabat Sriwijaya yang ditempatkan di Portibi, Padang Lawas dan sebelah Timur Danau Toba (Simalungun).Sebutan Raja kepada Si Raja Batak diberikan oleh keturunannya karena penghormatan, bukan karena rakyat menghamba kepadanya.Demikian halnya keturunan Si Raja Batak seperti Si Raja Lontung, Si Raja Borbor, Si Raja Oloan, dsb. Meskipun tidak memiliki wilayah kerajaan dan rakyat yang diperintah, Selanjutnya menurut buku TAROMBO BORBOR MARSADA anak Si Raja Batak ada 3 (tiga) orang yaitu : GURU TETEABULAN, RAJA ISUMBAON dan TOGA LAUT. Dari ketiga orang inilah dipercaya terbentuknya Marga-marga Batak.  
UNSUR BUDAYA
  1. Bahasa
    Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orang Batak menggunakan beberapa logat, ialah: (1)Logat Karo yang dipakai oleh orang Karo; (2) Logat Pakpak yang dipakai oleh Pakpak; (3)Logat Simalungun yang dipakai oleh Simalungun; (4) Logat Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan Mandailing.
                                                        B. Pengetahuan                                                                                                                      Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam. Dalam bahasa Karo aktivitas itu disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut Marsiurupan. Sekelompok orang tetangga atau kerabat dekat bersama-sama mengerjakan tanah dan masing-masing anggota secara bergiliran. Raron itu merupakan satu pranata yang keanggotaannya sangat sukarela dan lamanya berdiri tergantung kepada persetujuan pesertanya.
      C. Teknologi
              Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat sederhana yang dipergunakan untuk bercocok tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul, bajak (tenggala dalam bahasa Karo), tongkat tunggal (engkol dalam bahasa Karo), sabit (sabi-sabi) atau ani-ani. Masyarakat Batak juga memiliki senjata tradisional yaitu, piso surit (sejenis belati), piso gajah dompak (sebilah keris yang panjang), hujur (sejenis tombak), podang (sejenis pedang panjang). Unsur teknologi lainnya yaitukain ulos yang merupakan kain tenunan yang mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan adat Batak.
D. Organisasi Sosial
a. Perkawinan
http://aiidasarii06.files.wordpress.com/2011/12/ulos-dalam-pernikahan.jpg?w=300&h=199
Pada tradisi suku Batak seseorang hanya bisa menikah dengan orang Batak yang berbeda klan sehingga jika ada yang menikah dia harus mencari pasangan hidup dari marga lain selain marganya. Apabila yang menikah adalah seseorang yang bukan dari suku Batak maka dia harus diadopsi oleh salah satu marga Batak (berbeda klan). Acara tersebut dilanjutkan dengan prosesi perkawinan yang dilakukan di gereja karena mayoritas penduduk Batak beragama Kristen.
Untuk mahar perkawinan-saudara mempelai wanita yang sudah menikah.
b. Kekerabatan
Kelompok kekerabatan suku bangsa Batak berdiam di daerah pedesaan yang disebut Huta atau Kuta menurut istilah Karo. Biasanya satu Huta didiami oleh keluarga dari satu marga.Ada pula kelompok kerabat yang disebut marga taneh yaitu kelompok pariteral keturunan pendiri dari Kuta. Marga tersebut terikat oleh simbol-simbol tertentu misalnya nama marga. Klen kecil tadi merupakan kerabat patrilineal yang masih berdiam dalam satu kawasan. Sebaliknya klen besar yang anggotanya sdah banyak hidup tersebar sehingga tidak saling kenal tetapi mereka dapat mengenali anggotanya melalui nama marga yang selalu disertakan dibelakang nama kecilnya, Stratifikasi sosial orang Batak didasarkan pada empat prinsip yaitu : (a) perbedaan tigkat umur, (b) perbedaan pangkat dan jabatan, (c) perbedaan sifat keaslian dan (d) status kawin.

c.  Mata Pencaharian
http://aiidasarii06.files.wordpress.com/2011/12/ulos.jpg?w=300&h=179
Pada umumnya masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah dan ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap kelurga mandapat tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya. Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan .
Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain perternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar danau Toba.
Sektor kerajinan juga berkembang. Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, temmbikar, yang ada kaitanya dengan pariwisata.
d.Kesenian
Seni Tari yaitu Tari Tor-tor (bersifat magis); Tari serampang dua belas (bersifat hiburan). Alat Musik tradisional : Gong; Saga-saga. Hasil kerajinan tenun dari suku batak adalah kain ulos. Kain ini selalu ditampilkan dalam upacara perkawinan, mendirikan rumah, upacara kematian, penyerahan harta warisan, menyambut tamu yang dihormati dan upacara menari Tor-tor. Kain adat sesuai dengan sistem keyakinan yang diwariskan nenek moyang .
e. Makanan & Minuman
http://aiidasarii06.files.wordpress.com/2011/12/naniura.jpg?w=300&h=225                                                              http://aiidasarii06.files.wordpress.com/2011/12/tuak.jpg?w=300&h=225
(dengke naniarsik: Makanan Khas Suku Batak)         (Tuak: Minuman Khas Suku Batak)
E. Kepercayaan
Batak telah menganut agama Kristen Protestan yang disiarkan oleh para Missionaris dari Jerman yang bernama Nomensen pada tahun 1863. Gereja yang pertama berdiri adalah HKBP (Huria Kristen Batak Protestan)di huta Dame, Tarutung. Sekarang inigereja HKBP ada dimana-mana di seluruh Indonesia yang jemaatnya mayoritas sukuBatak (Silindung-Samosir-Humbang-Toba).Sebelum suku Batak menganut agamaKristen Protestan, mereka mempunyai sistem kepercayaan dan religi tentangMulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaanNya terwujud dalam Debata Natolu.
Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak mengenal tiga konsep, yaitu:
Tondi
Tondi adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan.Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.
  • Sahala adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.
  • Begu adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.
Beberapa begu yang ditakuti oleh orang Batak, yaitu:
  1. Sombaon, yaitu begu yang bertempat tinggal di pegunungan atau di hutan rimba yang gelap dan mengerikan.
  2. Solobean, yaitu begu yang dianggap penguasa pada tempat tempat tertentu
  3. Silan, yaitu begu dari nenek moyang pendiri huta/kampung dari suatu marga
  4. Begu Ganjang, yaitu begu yang sangat ditakuti, karena dapat membinasakan orang lain menurut perintah pemeliharanya.
Demikianlah religi dan kepercayaan suku Batak yang terdapat dalam pustaha, yang walaupun sudah menganut agama Kristen, dan berpendidikan tinggi. Namun orang Batak belum mau meninggalkan religi dan kepercayaan yang sudah tertanam di dalam hati sanubari mereka.
• Tarombo Silsilah atau Tarombo merupakan suatu hal yang sangat penting bagi orang Batak. Bagi mereka yang tidak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai orang Batak kesasar (nalilu). Orang Batak khusunya kaum Adam diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal nenek moyangnya yang menurunkan marganya dan teman semarganya (dongan tubu). Hal ini diperlukan agar mengetahui letak kekerabatannya (partuturanna) dalam suatu klan atau marga.
F. NILAI BUDAYA
1. Kekerabatan
Nilai kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam pelaksanaan adat Dalian Na Talu, dimana seseorang harus mencari jodoh diluar kelompoknya, orang-orang dalam satu kelompok saling menyebut Sabutuha (bersaudara), untuk kelompok yang menerima gadis untuk diperistri disebut Hula-hula..
2. Hagabeon
Nilai budaya yang bermakna harapan panjang umur, beranak, bercucu banyak, dan yang baik-baik.
3. Hamoraan
Nilai kehormatan suku Batak yang terletak pada keseimbangan aspek spiritual dan meterial.
4. Uhum dan ugari
Nilai uhum orang Batak tercermin pada kesungguhan dalam menegakkan keadilan sedangkan ugari terlihat dalam kesetiaan akan sebuah janji.                                                                    5. Marsisarian
Suatu nilai yang berarti saling mengerti, menghargai, dan saling membantu.

tari serampang 12

Serampang Dua Belas, Lebih dari Sekedar Tarian
Asal usul tari serampang dua belas tari serampang dua belas merupakan kesenian tari tradisional yang berasal dari melayu. Waktu itu berkembang dibawah kesultanan serdang. Tarian Serampang Dua Belas diciptakan oleh sauti pada tahun 1940-an dan diubah ulang oleh penciptaannya antara tahun 1950-1960. Sebelum bernama serampang dua belas, tarian ini bernama tari pulau sari, sesuai dengan judul lagu yang mengiringi tarian ini, yaitu lagu pulau sari.
Mengapa Tari Pulau Sari diganti dengan nama tari serampang dua belas? Inilah alasannya:
·         Nama Pulau Sari kurang tepat karena tarian ini bertempo cepat. Nama tarian yang diawali kata”pulau”biasanya bertempo rumba, seperti Tari Pulau K ampai dan Tari Pulau Putri. Sedangkan Tari Serampang Dua Belas memiliki gerakan bertempo cepat seperti Tari Serampang Laut. Berdasarkan fakta yang ada, Tari Pulau Sari lebih tepat disebut Tari Serampang Dua Belas. Nama dua belas sendiri berarti tarian dengan gerakan tercepat diantara lagu yang bernama serampang.
·         Penamaan Tari Serampang Duabelas merunjuk pada ragam gerak tarinya yang jumlah 12, yaitu: pertemuan pertama, cinta meresap,memendam cinta,menggila mabuk kepayang, isyarat tanda cinta, balasan isyarat, menduga,masih belum percaya, jawaban,pinang-meminang, mengantar pengantin, dan pertemuan kasih.
Asal usul tari serampang dua belas merupakan hasil dari perpaduan gerak antara tarian protugis dan melayu serdang. Pengaruh protugis tersebut dapat dilihat pada keindahan gerak tarianya dan kedinamisan irama musik pengiringnya.
                         
                       
Keberadaan Tari Serampang Duabelas yang semakin mendunia ternyata memantik kegelisahan sebagian masyarakat Serdang Bedagai pada khususnya, dan Sumatra Utara pada umumnya. Kekhawatiran tersebut muncul karena dua hal. Pertama, persebaran Tari Serampang Duabelas ke berbagai daerah dan negara tidak diimbangi dengan transformasi kualitasnya. Artinya, transformasi Tari Serampang Duabelas terjadi hanya pada bentuknya saja, bukan kepada tekniknya.
Tarian tradisional melayu yang berkembang di bawah Kesultanan Serdang ini memang tepat menyandang gelar “Serampang 12. Selain ke-12 ragam dalam tarian tersebut yang mencerminkan bagaimana elok-laku gaya percintaan anak muda melayu pada zaman sebelum sekarang, tari yang berasal dari ubahan nama “Tari Pulau Sari” ini ternyata tari Serampang Duabelas ini memiliki keunikan dari segi memainkannya.       
Bukan Serampang Duabelas namanya kalau tidak memiliki tempo tercepat diantara seluruh lagu yang berjudul “serampang”. Keunikan dan kemenarikan memainkan tarian ini bukan hanya dari gerakan yang bertempo cepat, melainkan juga banyaknya variasi dalam masing-masing ragam sesuai makna yang dibawa.
Ketika saya mencoba berlatih memainkan gerakan tarian ini saya pikir akan mudah. Ternyata dugaan saya salah. Ada beberapa bagian yang menurut saya memang sulit dipelajari jika penari tidak berkonsentrasi penuh. Gerakan-gerakan yang penuh variasi terutama pada gerakan memutar dan membentuk pola pertemuan, sangat asyik dilakukan jika penari mengerti makna dari masing-masing gerakan tersebut, Jika dimainkan dengan apik dan penuh penghayatan, tanpa dijelaskan makna dan tujuan gerakan-gerakan pada tari Serampang Duabelas akan jelas terlihat maksud dan nasehat yang disampaikan. Misalnya saja pada gerakan memutar dan berselisih berhadapan. Pada saat gerakan ini dilakukan jelas terlihat bahwa sepasang muda-mudi tersebut tengah malu-malu dengan perasaan yang ada di hatinya.
Gerakan menghentak-hentakkan kaki pada ragam ke-5, 6, hingga ke delapan dengan jelas menunjukkan bahwa dalam mengenal seseorang itu diperlukan proses yang harus dilalui sesuai dengan norma-norma dan adat yang berlaku di daerah setempat. Meskipun hati telah berpilih ketetapan, namun apabila pihak kedua orang tua belum mendapat persetujuan maka muda-mudi tersebut belum dapat melanjutkan tali kasih sayang, Sebenarnya masih banyak tarian tradisional melayu dari berbagai daerah di Indonesia yang belum terlihat dengan baik.
Anak bangsa ini memiliki bakat yang luar biasa jika ‘mau’ dan ikhlas menari untuk mengembangkan budaya lokal, bukan hanya suka dan bangga dapat menarikan tarian modern atau yang biasa dikenal dengan modern dance yang berasal dari negara barat sana. Satu hal yang sampai saat ini masih saya yakini adalah saat kita menjadi ahli dalam sebuah tarian melayu, apalagi sudah mahir dalam membawakan Serampang Duabelas, maka seberat apapun koreografi sebuah tarian yang diajarkan langkah selanjutnya akan semakin lebih mudah.





Asal usul tari serampang dua belas tari serampang dua belas merupakan kesenian tari tradisional yang berasal dari melayu. Waktu itu berkembang dibawah kesultanan serdang. Tarian Serampang Dua Belas diciptakan oleh sauti pada tahun 1940-an dan diubah ulang oleh penciptaannya antara tahun 1950-1960. Sebelum bernama serampang dua belas, tarian ini bernama tari pulau sari, sesuai dengan judul lagu yang mengiringi tarian ini, yaitu lagu pulau sari.
Mengapa Tari Pulau Sari diganti dengan nama tari serampang dua belas? Inilah alasannya:
·         Nama Pulau Sari kurang tepat karena tarian ini bertempo cepat. Nama tarian yang diawali kata”pulau”biasanya bertempo rumba, seperti Tari Pulau K ampai dan Tari Pulau Putri. Sedangkan Tari Serampang Dua Belas memiliki gerakan bertempo cepat seperti Tari Serampang Laut. Berdasarkan fakta yang ada, Tari Pulau Sari lebih tepat disebut Tari Serampang Dua Belas. Nama dua belas sendiri berarti tarian dengan gerakan tercepat diantara lagu yang bernama serampang.
Penamaan Tari Serampang Duabelas merunjuk pada ragam gerak tarinya yang jumlah 12, yaitu: pertemuan pertama, cinta meresap,memendam cinta,menggila mabuk kepayang, isyarat tanda cinta, balasan isyarat, menduga,masih belum perBukan Serampang Duabelas namanya kalau tidak memiliki tempo tercepat diantara seluruh lagu yang berjudul “serampang”. Keunikan dan kemenarikan memainkan tarian ini bukan hanya dari gerakan yang bertempo cepat, melainkan juga banyaknya variasi dalam masing-masing ragam sesuai makna yang dibawa.
Ketika saya mencoba berlatih memainkan gerakan tarian ini saya pikir akan mudah. Ternyata dugaan saya salah. Ada beberapa bagian yang menurut saya memang sulit dipelajari jika penari tidak berkonsentrasi penuh. Gerakan-gerakan yang penuh variasi terutama pada gerakan memutar dan membentuk pola pertemuan, sangat asyik dilakukan jika penari mengerti makna dari masing-masing gerakan tersebut, Jika dimainkan dengan apik dan penuh penghayatan, tanpa dijelaskan makna dan tujuan gerakan-gerakan pada tari Serampang Duabelas akan jelas terlihat maksud dan nasehat yang disampaikan. Misalnya saja pada gerakan memutar dan berselisih berhadapan. Pada saat gerakan ini dilakukan jelas terlihat bahwa sepasang muda-mudi tersebut tengah malu-malu dengan perasaan yang ada di hatinya.
Gerakan menghentak-hentakkan kaki pada ragam ke-5, 6, hingga ke delapan dengan jelas menunjukkan bahwa dalam mengenal seseorang itu diperlukan proses yang harus dilalui sesuai dengan norma-norma dan adat yang berlaku di daerah setempat. Meskipun hati telah berpilih ketetapan, namun apabila pihak kedua orang tua belum mendapat persetujuan maka muda-mudi tersebut belum dapat melanjutkan tali kasih sayang, Sebenarnya masih banyak tarian tradisional melayu dari berbagai daerah di Indonesia yang belum terlihat dengan baik.