KARANGAN
ILMIAH DAN NON ILMIAH
• Pengertian karangan
Karangan merupakan karya
tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan
menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Dalam
artikel ini akan dibahas tentang 3 jenis karangan, yaitu: karangan ilmiah,
karangan non ilmiah, dan karangan semi ilmiah. Berikut ini penjelasannya.
• Macam, sifat, dan bentuk karangan
Macam-macam Karangan
Ada
berbagai macam karangan ilmiah, berikut diantaranya :
1. Laporan Penelitian
Laporan
yang ditulis berdasarkan penelitian. Misalnya laporan penelitian yang didanai
oleh Fakultas dan Universitas, laporan ekskavasi arkeologis yang dibiayai oleh
Departemen Kebudayaan, dsb.
2. Skripsi
Tulisan
ilmiah untuk mendapatkan gelar akademik sarjana strata satu (Si).
3. Tesis
Tulisan
ilmiah untuk mendapatkan gelar akademik strata dua (S2), yaitu Master.
4. Disertasi
Tulisan
ilmiah untuk mendapat gelar akademik strata tiga (S3), yaitu Doktor.
5. Surat pembaca
Surat
yang berisi kritik dan tanggapan terhadap isi suatu tulisan ilmiah.
6. Laporan kasus
Tulisan
mengenai kasus-kasus yang ada yang dilandasi dengan teori.
Sifat Karangan
1) Lugas dan tidak emosional
Mempunyai
satu arti sehingga tidak ada tafsiran sendiri-sendiri (interprestasi yang
lain).
2) Logis
Disusun
berdasarkan urutan yang konsisten.
3) Efektif
Satu
kebulatan pikiran, ada penekanan dan pengembangan.
4) Efisien
Hanya
mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami.
Hal-hal
yang harus ada dalam karya ilmiah antara lain:
a) Karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah
lewat pikiran dan alur pikiran.
b) Keindahan karya tulis ilmiah terletak pada
bangun pikir dengan unsur-unsur yang menyangganya.
c) Alur pikir dituangkan dalam sistematika
dan notasi.
d) Karya tulis ilmiah terdiri dari
unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gambar, yang tersusun mendukung alur pikir
yang teratur.
e) Karya tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan
asas-asas yang terkandung dalam hakikat
ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah kebahasaan.
f) Karya tulis ilmiah terdiri dari
serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan) dan
argumentasi (alasan).
• Ciri-Ciri
Karangan Ilmiah
Menurut
Brotowidjoyo, karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuanyang menyajikan
fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya
ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan,
peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu
dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya/ keilmiahannya (Susilo, M. Eko, 1995:11).
Ciri-ciri
karangan ilmiah, yaitu :
Ø Sistematis
Artinya
mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi,
kausalitas, dan sebagainya.
Ø Objektif
Artinya
pembahasan suatu hasil penelitian sesuai
dengan yang diteliti.3. cermat, tepat, dan benar.
Ø Tidak
persuasif
Ø Tidak
argumentatif
Ø Tidak
emotif
Ø Netral,
artinya tidak mengejar keuntungan sendiri atau pihak tertentu;
Ø Tidak
melebih-lebihkan sesuatu
Isi
( batang tubuh ) sebuah karya ilmiah harus memenuhi syarat metode ilmiah.
Menurut John Dewey, ada 5 langkah pokok proses ilmiah :
1) Mengenali dan merumuskan masalah
2) Menyusun kerangka berpikir dalam rangka
penarikan hipotesis.
3) Merumuskan hipotesis ( dugaan hasil
sementara)
4) Menguji hipotesis
5) Menarik kesimpulan
Hal-hal
yang harus ada dalam karangan ilmiah antara lain :
1) Karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah
lewat pikiran dan alur pikiran.
2) Keindahan karangan tulis ilmiah terletak
pada bangun pikir dengan unsur-unsur yang menyangganya.
3) Alur pikir dituangkan dalam sistematika dan
notasi.
4) Karya
tulis ilmiah terdiri dari unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gambar, yang
tersusun mendukung alur pikir yang teratur.
5) Karangan ilmiah harus mampu mengekspresikan
asas-asas yang terkandung dalam hakikat ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah
kebahasaan.
6) Karangan ilmiah terdiri dari serangkaian
narasi (penceritaan), eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi
(alasan).
• Ciri-ciri karangan nonilmiah
Karya
non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan
dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung
fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa
digunakan (tidak terlalu formal).
Ciri-ciri
karya tulis non-ilmiah, yaitu:
1. Ditulis
berdasarkan fakta pribadi,
2. Fakta
yang disimpulkan subyektif,
3. Gaya
bahasa konotatif dan populer,
4. Tidak
memuat hipotesis,
5. Penyajian
dibarengi dengan sejarah,
6. Bersifat
imajinatif,
7. Situasi
didramatisir,
8. Bersifat
persuasif.
9. Tanpa
dukungan bukti
Sifat
Karangan Non Ilmiah :
v Emotif
Yaitu
sedikit informasi, kemewahan dan cinta menonjol, melebihkan kebenaran, mencari
keuntungan, tidak sistematis.
v Persuasif
Yaitu
cukup informatif, penilaian fakta tidak dengan bukti, bujukan untuk meyakinkan
pembaca, mempengaruhi sikap dan cara berpikir pembaca.
v Diskriktif
Yaitu
informatif sebagian imaginatif dan subyektif, nampaknya dapat dipercaya,
pendapat pribadi.
v Kritik
tanpa dukungan bukti
Yaitu
tidak memuat informasi spesifik, berisi bahasan dan kadang-kadang mendalam
tanpa bukti.
Jenis-jenis
yang termasuk karya non-ilmiah, yaitu:
1. Dongeng
2. Cerpen
3. Novel
4. Drama
5. Roman
• Ciri-ciri karangan ilmiah popular
Karya tulis semi ilmiah
merupakan sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan
yang ditulis dengan bahasa konkret dan formal, kata-katanya teknis dan didukung
dengan fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya. Karya tulis ini juga
merupakan sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan
dan penulisannya tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode
ilmiah yang sintesis-analitis karena sering dimasukkan dalam kary tulis ini.
Ciri-ciri
karangan semi ilmiah atau ilmiah popular, yaitu :
Ø Ditulis
berdasarkan fakta pribadi;
Ø Fakta
yang disimpulkan subjektif;
Ø Gaya
bahasa formal dan popular;
Ø Mementingkan
diri penulis;
Ø Melebih-lebihkan
sesuatu;
Ø Usulan-usulan
bersifat argumentative; dan Bersifat persuasive.
Bentuk
karangan semi ilmiah :
- Artikel
- Editorial
- Opini
- Tips
- Reportase
- Resensi buku : Bentuk kombinasi antara
uraian, ringkasan, dan kritik objektif terhadap sebuah buku.
Perbedaan Karya Ilmiah
dengan Nonilmiah
Istilah karya ilmiah dan nonilmiah
merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia
tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa
menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan
tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah
maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya
memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat
dicermati dari beberapa aspek.
Karya ilmiah harus merupakan pembahasan
suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya
kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus
dibuktikan dengan pengamatan atau observasi.
Karya ilmiah bersifat metodis dan
sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara
tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses
pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.
Dalam pembahasannya, tulisan ilmiah
menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan
menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang
dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang
telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk
semiilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara
karangan semiilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193)
menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semiilmiah,
ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi
karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di
bidang ilmu tertentu, dalam karangan semiilmiah bahasa yang terlalu teknis
tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semiilmiah lebih
mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus.
Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati
kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis,
sedangkan karangan semiilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi
bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu
terdapat pada karangan semiilmiah.
Berdasarkan karakteristik karangan
ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong
dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang
tergolong karangan semiilmiah antara lain artikel, feature, kritik, esai,
resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat,
cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.
Karya nonilmiah sangat bervariasi topik
dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan
nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif.
Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer,
walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya nonilmiah bersifat, antara
lain :
·
Emotif : merupakan kemewahan dan cinta
lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit
informasi
·
Persuasif : merupakan penilaian fakta
tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir
pembaca dan cukup informative
·
Deskriptif : merupakan pendapat pribadi,
sebagian imajinatif dan subjektif, dan jika kritik adakalanya tanpa dukungan
bukti.
Perbedaan Karya Ilmiah
dengan Semi ilmiah
“Kecermatan dalam berbahasa mencerminkan
ketelitian dalam berpikir” adalah slogan yang harus dipahami dan diterapkan
oleh seorang penulis. Melalui kecermatan bahasa gagasan atau ide-ide kita akan
tersampaikan. Oleh karena itu, penguasaan bahasa amat diperlukan ketika Anda
menulis.
Bahasa
dalam karangan ilmiah menggunakan ragam bahasa Indonesia resmi. Ciri-ciri ragam
resmi yaitu menerapkan kesantunan ejaan (EYD/Ejaan Yang Disempurnakan),
kesantunan diksi, kesantunan kalimat, kesantunan paragraph, menggunakan kata
ganti pertama “penulis”, bukan saya, aku, kami atau kita, memakai kata baku
atau istilah ilmiah, bukan popular, menggunakan makna denotasi, bukan konotasi,
menghindarkan pemakaian unsur bahasa kedaerahan, dan mengikuti konvensi
penulisan karangan ilmiah.
Terdapat
tiga bagian dalam konvensi penulisan karangan ilmiah, yaitu bagian awal
karangan (preliminaries), bagian isi (main body), dan bagian akhir karangan
(reference matter).
Berbeda dengan karangan ilmiah, bahasa
dalam karangan semiilmiah/ilmiah popular dan nonilmiah melonggarkan aturan,
seperti menggunakan kata-kata yang bermakna konotasi dan figurative,
menggunakan istilah-istilah yang umum atau popular yang dipahami oleh semua
kalangan, dan menggunakan kalimat yang kurang efektif seperti pada karya sastra.
METODE
ILMIAH
• Pengertian metode ilmiah
Metode
ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan
secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta
membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi
yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen.
Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi
suatu teori ilmiah.
Unsur
utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah berikut:
à Karakterisasi
(pengamatan dan pengukuran)
à Hipotesis
(penjelasan teoretis yang merupakan dugaan atas hasil pengamatan dan
pengukuran)
à Prediksi
(deduksi logis dari hipotesis)
à Eksperimen
(pengujian atas semua hal di atas)
à Karakteristik
Metode Ilmiah
Menurut
sumber ada beberapa karakteristik metode ilmiah:
Ü Bersifat
kritis, analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat untuk
mengidentifikasi masalah danmenentukan metode untuk pemecahan masalah.
Ü Bersifat
logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat
secara rasional berdasarkan bukti-bukti yang tersedia
Ü Bersifat
obyektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama dengan
kondisi yang sama pula.
Ü Bersifat
konseptual, artinya proses penelitian dijalankan dengan pengembangan konsep dan
teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
Ü Bersifat
empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada fakta di lapangan.
Langkah
– Langkah Metode Ilmiah
Ü Menyusun
Rumusan Masalah
Ü Menyusun
Kerangka Teori
Ü Merumuskan
Teori
Ü Melakukan
Eksperimen
Ü Mengolah
dan Menganalisis Data
Ü Menarik
Kesimpulan
Ü Mempublikasikan
Hasil
Menyusun
Rumusan Masalah
Hal-hal
yang harus diperhatikan:
£ Masalah
menyatakan adanya keterkaitan antara beberapa variabel atau lebih.
£ Masalah
tersebut merupakan masalah yang dapat diuji dan dapat dipecahkan.
£ Masalah
disusun dalam bentuk pertanyaan yang singkat, padat dan jelas.
Menyusun
Kerangka Teori
Mengumpulkan
keterangan-keterangan dan informasi, baik secara teori maupun data-data fakta
di lapangan.
Dari
keterangan-keterangan dan informasi tersebut diperoleh penjelasan sementara
terhadap permasalahan yang terjadi.
Penarikan
Hipotesis
Hipotesis
merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu permasalahan. Penyusunan
hipotesis dapat berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan
oleh orang lain. Dalam penelitian, setiap orang berhak menyusun Hipotesis.
Pengujian
Hipotesis
Pengujian
hipotesis dilakukan dengan cara menganalisis data. Data dapat diperoleh dengan
berbagai cara, salah satunya melalui percobaan atau eksperimen. Percobaan yang
dilakukan akan menghasilkan data berupa angka untuk memudahkan dalam penarikan
kesimpulan. Pengujian hipotesis juga berarti mengumpulkan bukti-bukti yang
relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat
bukti-bukti yang mendukung hipotesis.
• Tujuan mempelajari metode penulisan
ilmiah
1.
Untuk meningkatkan keterampilan, baik dalam menulis, menyusun, mengambil
kesimpulan maupun dalam menerapkan prinsip-prinsip yang ada.
2.
Untuk mengorganisasikan fakta
3.
Merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan
logis.
4.
Untuk mencari ilmu pengetahuan yang dimulai dari penentuan masalah, pengumpulan
data yang relevan, analisis data dan interpretasi temuan, diakhiri dengan
penarikan kesimpulan.
5.
Mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional, yang teruji) sehingga merupakan
pengetahuan yang dapat diandalkan.
• Sikap ilmiah
Penulis
karangan ilmiah sepatutnya memiliki sikap-sikap ilmiah agar karyanya dapat
dipertanggungjawabkan, baik kepada masyarakat maupun kepada diri sendiri. Untuk
itu penulis karangan ilmiah seharusnya memahami dan merealisasikan sikap-sikap
ilmiahnya sehingga dia dan karyanya menjadi semakin berkualitas.
Orang
yang berjiwa ilmiah adalah orang yang memiliki tujuh macam sikap ilmiah.
Ketujuh macam sikap ilmiah tersebut adalah sikap ingin tahu, kritis, terbuka,
objektif, rela menghargai karya orang lain, berani mempertahankan kebenaran dan
menjangkau ke depan. ketujuh sikap tersebut adalah sebagai berikut:
à Sikap
ingin tahu diwujudkan dengan selalu bertanya-tanya tentang berbagai hal.
Mengapa demikian? Apa saja unsur-unsurnya? Bagaimana kalau diganti dengan komponen
yang lain? Dan seterusnya.
à Sikap
kritis direalisasikan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya, baik dengan
jalan bertanya kepada siapa saja yang diperkirakan mengetahui masalah maupun
dengan membaca sebelum menentukan pendapat untuk ditulis.
à Sikap
terbuka dinyatakan dengan selalu bersedia mendengarkan keterangan dan
argumentasi orang lain.
à Sikap
objektif diperlihatkan dengan cara menyatakan apa adanya, tanpa dibarengi
perasaan pribadi.
à Sikap
rela menghargai karya orang lain diwujudkan dengan mengutip dan menyatakan
terima kasih atas karangan orang lain, dan menganggapnya sebagai karya yang
orisinal milik pengarangnya.
à Sikap
berani mempertahankan kebenaran diwujudkan dengan membela fakta atas hasil
penelitiannya.
à Sikap
menjangkau ke depan dibuktikan dengan sikap futuristic, yaitu berpandangan
jauh, mampu membuat hipotesis dan membuktikannya dan bahkan mampu menyusun
suatu teori baru.
• Langkah-langkah penulisan ilmiah
I.
PERSIAPAN PENULISAN KARYA ILMIAH
A. LANGKAH-LANGKAH PERSIAPAN PENULISAN KARYA
ILMIAH
Pada
dasarnya, hal terpenting yang harus dipikirkan oleh seorang penulis karya
ilmiah pada tahap persiapan ini adalah Pemilihan Topik. Yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan topik adalah :
Pemilihan Topik/ Masalah untuk Karya Ilmiah
Ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada saat menentukan topik untuk karya
ilmiah. Dalam penulisannya harus mengikuti kaidah kebenaran isi, metode kajian,
serta tata cara penulisannya yang bersifat keilmuan. Salah satu cara untuk
memenuhi kaidah tersebut adalah dengan melakukan pemilihan topik yang jelas dan
spesifik. Pemilihan unuk kerya tulis ilmiah dapat dilakukan dengan cara;
Merumuskan tujuan
Rumusan
tujuan yang jelas dan tepat menjadi sangat penting untuk dapat menghasilkan
karya tulis ilmiah yang terfokus bahasannya. Tips yang dapat dilakukan untuk
merumuskan tujuan diantaranya;
1) Usahakan merumuskan tujuan dalam satu
kalimat yang sederhana;
2) Ajukan pertanyaan dengan menggunakan salah
satu kata tanya terhadap rumusan yang kita buat;
3) Jika kita dapat menjawab dengan pasti
pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan, berarti rumusan tujuan yang kita buat
sudah cukup jelas dan tepat.
b. Menentukan Topik
Langkah
pertama yang harus dilakukan dalam menentukan topik adalah menentukan ide-ide
utama. Kemudian uji dan tanya pada diri sendiri apakah ide-ide itu yang akan
kita tulis.
c. Menelusuri Topik
Bila
topik telah ditentukan, kita masih harus memfokuskan topik tersebut agar dalam
penulisannya tepat sasaran. Beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam
memfokuskan topik;
1) Fokuskan topik agar mudah dikelola;
2) Ajukan pertanyaan
Mengidentifikasi Pembaca Karya Ilmiah
Kewajiban
seorang penulis karya ilmiah adalah memuaskan kebutuhan pembacanya akan
informasi, yaitu dengan cara menyampaikan pesan yang ditulisnya agar mudah
dipahami oleh pembacanya. Sebelum menulis, kita harus mengidentifikasi siapa
kira-kira yang akan membaca tulisan kita. Hal tersebut perlu dipertimbangkan
pada saat kita menulis karya tulis ilmiah agar tulisan kita tepat sasaran.
Menentukan Cakupan Isi Materi Karya Ilmia
Cakupan
materi adalah jenis dan jumlah informasi yang akan disajikan di dalam tulisan.
II.
PENGUMPULAN INFORMASI UNTUK PENULISAN KARYA ILMIAH
A. MEMANFAATKAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER
DATA, INFORMASI, DAN BAHAN UNTUK TULISAN
Perpustakaan
pada umumnya menyediakan berbagai koleksi data atau informasi yang terekam
dalam berbagai bentuk media, seperti media cetak dan media audiovisual. Hal pertama
yang harus kita lakukan pada saat memasuki perpustakaan adalah memahami di mana
letak sumber informasi yang dibutuhkan berada. Salah satu tempat yang patut
kita tuju adalah bagian referensi. Bagian referensi ini biasannya berisi
koleksi tentang encyclopedia, indeks, bibliografi, atlas dan kamus.
1. Mencari Buku dengan Online Catalog dan Card
Catalog
Pencarian
buku dengan cara Online Catalog biasanya menggunakan terminal komputer. Kita
dapat mencari buku dengan judul dan nama penulis yang jelas atau minta kepada
komputer untuk mencarikan file-file yang berkaitan dengan topik yang sedang
kita tulis.
Selain
menggunakan komputer, kita juga dapat menggunakan Card Catalog untuk mencari
buku atau artikel yang kita butuhkan. Pada umumnya, buku koleksi perpustakaan
didata dalam 3 (tiga) jenis kartu katalog, yaitu katalog yang berisi data
tentang pengarang/ penulis, judul buku dan subjek/ topik tertentu.
2. Memeriksa Bahan-Bahan Pustaka yang Telah
Diperoleh
Setelah
bahan pustaka terkumpul kita harus memeriksa bahan-bahan tersebut apakah sesuai
atau tidak dengan topik yang kita tulis. Cara memeriksa bahan pustaka tersebut
adalah;
a. Atur waktu membaca
b. Bacalah secara selektif
c. Bacalah secara bertanggung jawab
d. Bacalah secara kritis
3. Membuat Catatan dari Bahan-bahan Pustaka
Salah
satu cara terbaik dan paling sederhana dalam membuat catatan ini adalah selalu
mengacu pada kartu indeks yang telah kita buat.
4. Membuat Ringkasan dan ‘Paraphrasing’
Disamping
membuat catatan, kita pun dapat membuat ringkasan atau paraphrasing dari
sumber bacaan yang kita dapatkan di
dalam menunjang keberhasilan proyek tulisan kita.
5. Membuat Kutipan
Kita
harus mengutip dengan persis dan apa adanya pernyataan dari sumber bacaan yang
kita gunakan jika pernyataan tersebut merupakan pandangan mendasar dari penulis
dan jika kita ubah ke dalam bahasa kita sendiri akan mengaburkan arti
sesungguhnya
B. MELAKUKAN WAWANCARA UNTUK MENDAPATKAN
INFORMASI UNTUK TULISAN
Ada
empat hal yang harus diperhatikan pada saat akan melakukan wawancara untuk
keperluan proyek penulisan karya ilmiah, yaitu;
1. Menentukan orang yang tepat untuk
diwawancarai
2. Mempersiapkan pedoman wawancara
3. Melaksanakan wawancara
4. Mengolah hasil wawancara
TAHAP
PROSES PENULISAN
Tahap
Penulisan merupakan perwujudan tahap persiapan ditambah dengan pembahasan yang
dilakukan selama dan setelah penulisan selesai.
Tahap Pra Penulisan
1.
Pemilihan dan pembatasan topik
2. Merumuskan tujuan
3. Mempertimbangkan bentuk karangan
4. Mempertimbangkan pembaca
5. Mengumpulkan data pendukung
6. Merumuskan judul
7. Merumuskan tesis
8. Penyusunan ide dalam bentuk karangan atau
outline
Pemilihan Topik
#
Apa yang akan kita tulis?
# Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber.
# Empat syarat: keterkuasaian, ketersediaan bahan,
kemenarikan, kemanfaatan.
# Agar lebih fokus, topik perlu dibatasi.
Tahap Penulisan Draf
– Mengekspresikan ide-ide ke dalam
tulisan kasar.
– Pengembangan ide masih bersifat
tentatif.
– Pada tahap ini, konsentrasikan
perhatian pada ekspresi/gagasan, bukan pada aspek-aspek mekanik.
Tahap Revisi
– Memperbaiki ide-ide dalam karangan,
berfokus pada penambahan, pengurangan, penghilangan, penataan isi sesuai dengan
kebutuhan pembaca.
– Kegiatan: (a) membaca ulang seluruh
draf, (b) sharing atau berbagi pengalaman tentang draf kasar karangan dengan
teman, (c) merevisi dengan memperhatikan reaksi, komentar/masukan.
Tahap Penyuntingan
– Memperbaiki perubahan-perubahan aspek
mekanik karangan.
– Memperbaiki karangan pada aspek
kebahasaan dan kesalahan mekanik yang lain.
– Aspek mekanik antara lain: huruf
kapital, ejaan, struktur kalimat, tanda baca, istilah, kosakata, format
karangan.
Tahap Publikasi
– Tulisan akan berarti dan lebih bermanfaat
jika dibaca orang lain.
– Sesuaikan tulisan dengan media
publikasi yang akan kita tuju.
TAHAP
EVALUASI
Tahap
terakhir yaitu verifikasi atau evaluasi, apa yang dituliskan sebagai hasil dari
tahap iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai dengan
fokus tulisan. Mungkin ada bagian yang tidak perlu dituliskan, atau ada hal-hal
yang perlu ditambahkan, dan lain-lain. Mungkin juga ada bagian yang mengandung
hal-hal yang peka, sehingga perlu dipilih kata-kata atau kalimat yang lebih
sesuai, tanpa menghilangkan esensinya.
Ada
lima kriteria yang bisa kita gunakan untuk mengevaluasi setiap bagian dari
menulis sebagai berikut :
Fokus.
Apa
yang Anda menulis tentang? Apa klaim atau tesis Anda membela? Kriteria ini
adalah yang luas, berkaitan dengan konteks, tujuan, dan koherensi dari sepotong
tulisan. Apakah topik Anda sesuai untuk tugas? Apakah Anda tetap pada topik itu
atau terlena pada garis singgung tidak membantu? Apakah Anda berfokus terlalu
teliti atau terlalu banyak? Misalnya, esai tentang Perang Saudara Amerika pada
umumnya mungkin terlalu luas untuk esai perguruan tinggi yang paling. Anda
mungkin akan lebih baik menulis tentang pertempuran tertentu, umum, atau
kejadian.
Pembangunan.
Pembangunan
berkaitan dengan rincian dan bukti. Apakah Anda menyediakan cukup bahan pendukung
untuk memenuhi harapan pembaca Anda? Sebuah laporan penelitian yang tepat,
misalnya, biasanya mencakup banyak referensi dan kutipan untuk banyak karya
lain yang relevan beasiswa. Sebuah deskripsi lukisan mungkin akan mencakup
rincian tentang, komposisi penampilan, dan bahkan mungkin informasi biografis
tentang seniman yang melukisnya. Memutuskan apa rincian untuk menyertakan
tergantung pada penonton dimaksudkan sepotong. Sebuah artikel tentang kanker
ditujukan untuk anak-anak akan terlihat sangat berbeda dari satu ditulis untuk
warga senior.
Organisasi
Organisasi,
sering disebut “pengaturan,” menyangkut ketertiban dan tata letak kertas.
Secara tradisional, kertas dibagi menjadi, tubuh kesimpulan pengenalan, dan.
Paragraf terfokus pada gagasan utama tunggal atau topik (kesatuan), dan
transisi di antara kalimat dan
paragraf yang halus dan logis. Sebuah rambles kertas kurang terorganisir,
melayang di antara topik yang tidak berhubungan dengan cara serampangan dan
membingungkan.
Gaya
Gaya
secara tradisional berkaitan dengan kejelasan, keanggunan presisi, dan. Sebuah
stylist yang efektif tidak hanya mampu menulis dengan jelas untuk penonton,
tetapi juga bisa menyenangkan mereka dengan bahasa menggugah, metafora, irama,
atau kiasan. Penata Efektif bersusah payah tidak hanya untuk membuat titik,
namun untuk membuatnya dengan baik.
Konvensi
Kriteria
ini meliputi tata bahasa, mekanik, tanda baca, format, dan isu-isu lain yang
ditentukan oleh konvensi atau aturan. Meskipun banyak siswa berjuang dengan
konvensi, pengetahuan tentang di mana untuk menempatkan koma dalam sebuah
kalimat biasanya tidak sepenting apakah kalimat yang berharga untuk menulis di
tempat pertama. Namun demikian, kesalahan yang berlebihan dapat membuat bahkan
seorang penulis brilian tampak ceroboh atau bodoh, kualitas yang jarang akan terkesan
pembaca seseorang.
ASPEK
PENALARAN DALAM KARANGAN ILMIAH
• Menulis sebagai proses penalaran
Menulis
merupakan suatu pengungkapan pikiran yang dituangkan ke dalam bentuk sebuah
tulisan. Ide yang dituangkan oleh si penulis dapat berasal dari pengalaman dan
pengetahuan atau pun imajinasi dari si penulis.
Menulis
merupakan proses bernalar. Dimana pada saat kita ingin menulis sesuatu tulisan
baik itu dalam bentuk karangan atau pun yang lainnya, maka kita harus mencari
topiknya terlebih dahulu. Dan dalam mencari suatau topik tersebut kita harus
berfikir, maka pada saat kita berfikir tanpa kita sadari kita sendiri telah
melakukan proses penalaran. maka pada kesempatan kali ini saya akan memaparkan
sedikit mengenai menulis merupakan prosae bernalar.
Setiap
hari kita selalu menggunakan otak kita untuk berfikir, bahkan setiap detik dan
menit kita menggunakan otak kita untuk berfikir. Pada saat kita berpikir, maka
dalam benak kita akan akan timbul bermacam-macam gambaran tentang sesuatu yang
hadirnya tidak secara nyata. misalnya pada saat-saat kita melamun. Kegiatan
berpikir yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang
saling berhubungan, dan bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis
kegiatan berpikir vang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa proses bernalar atau
singkatnya penalaran merupakan proses berpikir yang sistematik untuk memperolch
kesimpulan berupa pengetahuan.
• Penalaran induktif dan deduktif dalam
karya ilmiah
A.
Pengertian dan Jenis Penalaran
Penalaran
(reasioning) adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti,
fakta atau petunjuk menuju suatu kesimpulan. Dengan kata lain, penalaran adalah
proses berpikir yang sistematik dalan logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan.
Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa fakta, informasi, pengalaman,
atau pendapat para ahli (otoritas).
Secara
umum, ada dua jenis penalaran atau pengambilan kesimpulan, yakni penalaran
induktif dan deduktif.
1.
Penalaran Induktif dan Coraknya
Penalaran
induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang khusus
menuju sesuatu yang umum.
Penalaran
Induktif dapat dilakukan dengan tiga cara:
a.
Generalisasi
Generalisasi
adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang
serupa untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau
peristiwa itu. Generalisasi diturunka dari gejala-gejala khusus yang diperoleh
melalui pengalaman, observasi, wawancara, atau studi dokumentasi. Sumbernya
dapat berupa dokumen, statistik, kesaksian, pendapat ahli, peristiwa-peristiwa
politik, sosial ekonomi atau hukum. Dari berbagai gejala atau peristiwa khusus
itu, orang membentuk opini, sikap, penilaian, keyakinan atau perasaan tertentu.
Beberapa
contoh penalaran induktif dengan cara generalisasi adalah sebagai berikut:
1)
Berdasarkan pengalaman, seorang ibu dapat membedakan atau menyimpulkan arti
tangisan bayinya, sebagai ungkapan rasa lapar atau haus, sakit atau tidak
nyaman.
2)
Berdasarkan pengamatannya, seorang ilmuwan menemukan bahwa kambing, sapi, onta,
kerbau, kucing, harimau, gajah, rusa, kera adalah binatang menyusui.
Hewan-hewan itu menghasilkan turunannya melalui kelahiran. Dari temuannya itu,
ia membuat generalisasi bahwa semua binatang menyusui mereproduksi turunannya
melalui kelahiran.
b.
Analogi
Analogi
adalah suatu proses yag bertolak dari peristiwa atau gejala khusus yang satu
sama lain memiliki kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan. Karena titik tolak
penalaran ini adalah kesamaan karakteristik di antara dua hal, maka
kesimpulannya akan menyiratkan ”Apa yang berlaku pada satu hal, akan pula
berlaku untuk hal lainya”. Dengan demikian, dasar kesimpula yang digunakan
merupakan ciri pokok atau esensial dari dua hal yang dianalogikan.
Beberapa
contoh penalaran induktif dengan cara analogi adalah sebagai berikut:
1)
Dalam riset medis, para peneliti mengamati berbagai efek dari bermacam bahan
melalui eksperimen binatang seperti tikus dan kera, yang dalam beberapa hal
memiliki kesamaan karakter anatomis dengan manusia. Dari kajian itu, akan
ditarik kesimpulan bahwa efek bahan-bahan uji coba yang ditemukan pada binatang
juga akan terjadi pada manusia.
2)
Dr. Maria C. Diamond, seorang profesor anatomi dari University of California
tertarik untuk meneliti pengaruh pil kontrasepsi terhadap pertumbuha cerebral
cortex wanita, sebuah bagian otak yang mengatur kecerdasan. Dia menginjeksi
sejumlah tikus betina dengan sebuah hormon yang isinya serupa dengan pil.
Hasilnya tikus-tikus itu memperlihatkan pertumbuhan yang sangat rendah
dibandingkan dengan tikus-tikus yang tidak diberi hormon itu. Berdasarkan studi
itu, Dr. Diamond menyimpulkan bahwa pil kontrasepsi dapat menghambat
perkembangan otak penggunanya.
Dalam
contoh penelitian tersebut, Dr. Diamond menganalogikan anatomi tikus dengan
manusia. Jadi apa yang terjadi pada tikus, akan terjadi pula pada manusia.
c.
Hubungan Kausal (Sebab Akibat)
Penalaran
induktif dengan melalui hubungan kausal (sebab akibat) merupakan penalaran yang
bertolak dari hukum kausalitas bahwa semua peristiwa yang terjadi di dunia ini
terjadi dalam rangkaian sebab akibat. Tak ada suatu gejala atau kejadian pun
yang muncul tanpa penyebab.
Cara
berpikir seperti itu sebenarnya lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
seperti halnya dalam dunia ilmu pengetahuan.
Contoh:
1)
Ketika seorang ibu melihat awan tebal menggantung, dia segera memunguti pakaian
yang sedang dijemurnya. Tindakannya itu terdorong oleh pengalamannya bahwa
mendung tebal (sebab) adalah pertanda akan turun hujan (akibat).
2)
Seorang petani menanam berbagai jenis pohon dipekarangannya, tanaman tersebut
dia sirami, dia rawat dan dia beri pupuk. Anehnya, tanaman itu bukannya semakin
segar, melainkan layu bahkan mati. Tanaman yang mati dia cabuti. Ia melihat
ternyata akar-akarnya rusak da dipenuhi rayap. Berdasarkan temuannya itu,
petani tersebut menyimpulkan bahwa biang keladi rusaknya tanaman (akibat)
adalah rayap (sebab).
2.
Penalaran Deduktif dan Coraknya
Penalaran
deduksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang umum
(prinsip, hukum, teori atau keyakinan) menuju hal-hal khusus. Berdasarkan
sesuatu yang umum itu, ditariklah kesimpulan tentang hal-hal khusus yang
merupakan bagian dari kasus atau peristiwa khusus itu.
Contoh
:
Semua
makhluk hidup akan mati
Manusia
adalah makhluk hidup
Karena
itu, semua manusi akan mati.
Dari
contoh tersebut dapat diketahui bahwa proses penalaran itu berlangsung dalam
tiga tahap.
Pertama,
generalisasi sebagai pangkal bertolak (pernyataan pertama merupakan
generalisasi yang bersumber dari keyakina atau pengetahuan yang sudah diketahui
dan diakui kebenarannya.
Kedua,
penerapan atau perincian generalisasi melalui kasus atau kejadian tertentu.
Ketiga,
kesimpulan deduktif yang berlaku bagi kasus atau peristiwa khusus itu.
Penalaran
deduktif dapat dilakukan dengan dua cara:
a.
Silogisme
Silogisme
adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan dua proposisi (pernyataan)
yang berlainan untuk menurunkan sebuah kesimpulan yang merupakan proposisi yang
ketiga. Proposisi merupakan pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau
dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung didalamnya.
Dari
pengertian di atas, silogisme terdiri atas tiga bagian yakni: premis mayor,
premis minor, dan kesimpulan. Yang dimaksud dengan premis adalah proposisi yang
menjadi dasar bagi argumentasi. Premis mayor mengandung term mayor dari
silogisme, merupakan geeralisasi atau proposisis yang dianggap bear bagi semua
unsur atau anggota kelas tertentu. Premis minor mengandung term minor atau
tengah dari silogisme, berisi proposisi yang mengidentifikasi atau menuntuk
sebuah kasus atau peristiwa khusus sebagai anggota dari kelas itu. Kesimpulan
adalah proposisi yang menyatakan bahwa apa yang berlaku bagi seluruh kelas,
akan berlaku pula bagi anggota-anggotanya.
Contoh:
Premis
mayor : Semua cendekiawan adalah pemikir
Premis
minor : Habibie adalah cendekiawan
Kesimpulan
: Jadi, Habibie adalah pemikir.
b.
Entinem
Entiem
adalah suatu proses penalaran dengan menghilangkan bagian silogisme yang
dianggap telah dipahami.
Contoh:
Berangkat
dari bentuk silogisme secara lengkap:
Premis
mayor : Semua renternir adalah penghisap darah dari orang yang
sedang
kesusahan
Premis
minor : Pak Sastro adalah renternir
Kesimpulan
: Jadi, Pak Sastro adalah peghisap darah orang yag
kesusahan.
Kalau
proses penalaran itu dirubah dalam bentuk entinem, maka bunyinya hanya menjadi
”Pak Sastro adalah renternir, yang menghisap darah orang yang sedang
kesusahan.”B. Hubungan Menulis Karya Ilmiah dengan Penalaran
Karya
tulis ilmiah adalah tulisan yang didasari oleh pengamatan, peninjauan atau
penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan
sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Atas
dasar itu, sebuah karya tulis ilmiah harus memenuhi tiga syarat:
1.
Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah
2.
Langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan metode ilmiah
3.
Sosok tampilannya sesuai da telah memenuhi persyaratan sebagai suatu sosok
tulisan keilmuan.
Dari
pengertian tersebut dapat diketahui bahwa penalaran menjadi bagian penting
dalam proses melahirkan sebuah karya ilmiah. Penalaran dimaksud adalah
penalaran logis yang mengesampingkan unsur emosi, sentimen pribadi atau
sentimen kelompok. Oleh karena itu, dalam menyusun karya ilmiah metode berpikir
keilmuan yang menggabungkan cara berpikir/penalaran induktif dan deduktif, sama
sekali tidak dapat ditinggalkan.
Metode
berpikir keilmuan sendiri selalu ditandai dengan adanya:
1.
Argumentasi teoritik yang benar, sahih dan relevan
2.
Dukungan fakta empirik
3.
Analisis kajia yang mempertautkan antara argumentasi teoritik dengan fakta
empirik terhadap permasalahan yang dikaji.
C.
Salah Nalar, Pengertian dan Macamnya
Salah
nalar (reasioning atau logical fallacy) adalah kekeliruan dalam proses berpikir
karena keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi
karena faktor emosional, kecerobohan atau ketidaktahuan.
Contoh
sederhana:
Seseorang
mengatakan, ”Di sekolah, Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang
terpenting. Tanpa menguasai Bahasa Indonesia seorang siswa tidak mungkin dapat
memahami mata pelajaran lainnya dengan baik.”
Pernyataan
tersebut tidaklah tepat. Bahwa Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran
penting, memang benar. Tetapi kalau dikatakan terpenting, tampaknya perlu
dipertanyakan.
Salah
tafsir dapat terjadi karena kekeliruan induktif, deduktif, penafsiran relevansi
dan peggunaan otoritas yang berlebihan.
Salah
nalar dapat dibedakan atas 4 (empat) macam:
1.
Generalisasi yang terlalu luas
Salah
nalar ini terjadi karena kurangnya data yang dijadikan dasar generalisasi,
sikap menggampangkan, malas mengumpulkan dan menguji data secara memadai, atau
ingin segera meyakinkan orang lain dengan bahan yag terbatas. Paling tidak ada
dua kesalahan generalisasi yang muncul:
a.
Generalisasi sepintas (Hasty or sweeping generalization)
Kesalahan
terjadi karena penulis membuat generalisasi berdasarkan data atau evidensi yang
sangat sedikit.
Contoh:
Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar.
Pernyataan
tersebut tidaklah benar, karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang tinggi
bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Karena masih banyak
faktor penentu lain yang teribat seperti: motivasi belajar, sarana prasarana
belajar, keadaan lingkungan belajar, dan sebagainya.
b.
Generalisasi apriori
Salah
nalar ini terjadi ketika seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala
atau peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak
penalaran ini sering ditimbulkan oleh prasangka. Karena suatu anggota dari
suatu suatu kelompok, keluarga, ras atau suku, agama, negara, organisasi, dan
pekerjaan atau profesi, melakukan satu atau beberapa kesalahan, maka semua
anggota kelompok itu disimpulkan sama.
Contoh:
Semua pejabat pemerintah korup; Para remaja sekarang rusak moralnya; Zaman
sekarang, tidak ada orang berbuat tanpa pamrih; dan sebagainya.
2.
Kerancuan analogi
Kerancuan
analogi disebabkan karena penggunaan analogi yang tidak tepat. Dua hal yang
diperbandingkan tidak memiliki kesamaan esensial (pokok).
Contoh:
”Negara
adalah kapal yang berlayar menuju tanah harapan. Jika nahkoda setiap kali harus
meminta anak buahnya dalam menentukan arah berlayar, maka kapal itu tidak akan
kunjung sampai. Karena itu demokrasi pemerintahan tidak diperlukan, karena
menghambat.”
3.
Kekeliruan kasualitas (sebab akibat)
Kekeliruan
kasualitas terjadi karena kekeliruan menentukan sebab.
Contoh:
a.
Saya tidak bisa berenang, karena tidak ada satupun keluarga saya yang dapat
berenang.
b.
Saya tidak dapat mengerjakan ujian karena lupa tidak sarapan
4.
Kesalahan relevansi
Kesalahan
relevansi akan terjadi apabila bukti yang diajukan tidak berhubungan atau tidak
menunjang sebuah kesimpulan. Corak kesalahan ini dapat dirinci menjadi 3 (tiga)
macam:
a.
Pengabaian persoalan (ignoring the question)
Contoh:
Korupsi
di Indonesia tidak bisa diberantas, karena pemerintah tidak memiliki
undang-undang khusus tentang hal itu.
b.
Penyembunyian persoalan (biding the question)
Contoh:
Tidak
ada jalan lain untuk memberantas korupsi kecuali pemerintah menaikkan gaji
pegawai negeri.
c.
Kurang memahami persoalan
Salah
nalar ini terjadi karena penulis mengemukakan pendapat tanpa memahami persoalan
yang dihadapi dengan baik. Sehingga pendapat yang disampaikan tidak mengena
atau berputar-putar dan tidak menjawab secara benar atau persoalan yang
terjadi.
5.
Penyandaran terhadap prestise seseorang
Salah
nalar disini terjadi karena penulis menyandarkan pada pendapat seseorang yang
hanya karena orang tersebut terkenal atau sebagai tokoh masyarakat namun bukan
ahlinya.
Agar
tidak terjadi salah nalar karena faktor penyebab ini, maka perlu di patuhi
rambu-rambu sebagai berikut:
a.
Orang itu diakui keahliannya oleh orang lain
b.
Pernyataan yang dibuat berkenaan dengan keahliannya, dan relevan dengan
persoalan yang dibahas.
c.
Hasil pemikirannya dapat diuji kebenarannya
Hal
tersebut mengindikasikan kita sebagai penulis tidak boleh asal mengutip
semata-mata karena orang tersebut merupakan orang terpandang, terkenal atau
kaya raya dan baik status sosial ekonominya.
• Isi karangan
1.
Salah satu syarat untuk diterima masuk ke institusi pengajian tinggi ialah
aktif dalam kegiatan kokurikulum di sekolah. Pada pendapat anda, mengapakah
semua pelajar diwajibkan menyertai kegiatan kokurikulum di sekolah?
Pendahuluan
à Aktiviti
kokurikulum terbahagi kepada beberapa kategori iaitu persatuan dan kelab,
pasukan pakaian seragam dan sukan.
à Pelajar
diwajibkan menyertai setiap kategori.
à Pelajar
bukan sahaja menumpukan perhatian dalam bidang akademik tetapi perlu terlibat
dengan kegiatan kurikulum.
Isi-isi
penting
Ü Melahirkan
pelajar yang, sihat dari segi fizikal dan mental.
Ü Aktiviti
kecergasan dapat mcnyihatkan tubuh badan
Ü Melahirkan
pelajar yang sehat
Ü Melahirkan
pelajar yang berkeyakinan.
Ü Memenuhi
masa lapang dengan aktiviti yang
berfaedah - memberi peluang
bergaul dengan rakan sebaya –
mengelakkan gejala negatif di luar sekolah.
Ü Memupuk
nilai nilai murni melalui aktiviti yang dijalankan seperti perkhemahan dan
lawatan – diajar merancang dan mengendalikan tugas.
Kesimpulan
Ü Ibu
bapa wajar menggalakkan anak -anak melibatkan diri dalam kegiatan kokurikulum -
tidak menghalang anak-anak dan mengikis tanggapan bahawa kegiatan kokurikulum
membazir masa.
Ü Jangan
menuding jari kepada mana-mana pihak
jika anak-anak tidak diterima masuk ke IPT dengan alas an tidak pernah menyertai
kegiatan kokurikulum.
2.
Kemasukan pendatang asing ke negara kita semakin bertambah. Bincangkan
kesan-kesan kemasukan pendatang asing kepada Negara
Pendahuluan
Ü Anggapan
bahawa Malaysia sebagai penyelesai masalah untuk menyara kehidupan.
Ü Kestabilan
politik dan ekonomi menyumbang kepada keharmonian – negara asal pendatang asing
menghadapi pelbagai masalah.
Isi-isi
penting
à Kebaikannya
– dapat mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja berikutan pertumbuhan ekonomi
yang pesat –pendatang asing tidak memilih pekerjaan dan kadar upah yang
diberikan rendah.
à Majikan
suka menggunakan tenaga pekerja asing kerana mereka mudah diberi arahan –
bekerja tanpa mengira waktu.
à Keburukannya
– mereka cenderung untuk melakukan kegiatan-kegiatan jenayah berikutan daripada
desakan hidup – rakyat tempatan menjadi mangsa kekejaman mereka.
à Timbul
masalah penempatan – muncul rumah setinggan – menjejaskan imej negara.
Penutup
Ü Kemasukan
pendatang asing perlu dikawal – tindakan tegas kepada pendatang asing yang
melanggar peraturan – jika dibiarkan mungkin negara kita akan dibolot oleh
pendatang asing.
3.
Masalah pencemaran sungai masih lagi melanda negara ini. Pelbagai cara telah
dijalankan untuk mengurangkan masalah pencemaran sungai. Nyatakan kesan-kesan
pencemaran sungai jika tidak diatasi segera.
Pendahuluan
Ü Masalah
pencemaran sungai tidak pernah berhenti diperkatakan kerana sungai tidak hebas
daripada pcncemaran.
Ü Pencemaran
tetap berlaku walaupun pelbagai langkah telah diambil.
Isi-isi
Penting
Ü Air
ialah keperluan hidup manusia, sungai tercemar bermaksud menggunakan air yang
tercemar untuk menyediakan makanan dan minuman mereka.
Ü Berbagai
penyakit timbul seperti dan glaukoma, iaitu sejenis penyakit buta yang
disebabkan kekurangan air bersih bagi kegunaan seharian.
Ü Mengganggu
rantaian makanan manusia dan haiwan.
Ü Kepupusan
ikan boleh mengurangkan sumber protein manusia.
Penutup
·
Menjaga kebersihan adalah tanggungjawab
bersama kerana sungai tercemar bermakna kehidupan juga tercemar.
4.
Sahabat pena anda di luar negara telah meminta anda menceritakan sambutan Hari Kebangsaan yang
diraikan oleh rakyat Malaysia. Balas surat itu bagi memenuhi permintaannya.
Pendahuluan
·
Format: surat kiriman tidak rasmi.
·
Mengucapkan terima kasih kerana sudi
menghantar surat kepada anda – gembira menerima surat.
Isi-isi
Penting
Ü Sambutan
Hari Kebangsaan diadakan pada 31 Ogos setiap tahun.
Ü Perarakan
diadakan – disertai oleh pasukan keselamatan negara – badan-badan tertentu –
meriah – pelbagai pakaian seragam dapat dilihat.
Ü Orang
ramai akan datang menyaksikan perarakan tersebut – meriah
Ü Semua
pemimpin negara yang akan berkumpul pada hari tersebut – mesra rakyat.
Ü Semangat
patriotik dapat dilihat dalam kalangan rakyat Malaysia – menyertai perarakan – memberi
kerjasama yang jitu – mcnunjukkan perpaduan rakyat Malaysia.
Penutup
Ü Menamatkan
surat – mengajak rakan anda datang menvaksikan sendiri sambutan Hari Kebangsaan
di Negara ini. Berharap agar hubungan mereka berkekalan.
5.
Guru kelas anda akan melanjutkan pelajaran ke luar negara. Kelas anda telah
mengadakan majlis jamuan perpisahan untuk meraikannya. Anda ditugaskan untuk
menyampaikan ucapan dalam majlis tersebut. Tulis ucapan anda itu selengkapnya.
Pendahuluan
Ü Format
ucapan
Ü Kata
alu-aluan
Ü Mengucapkan
terima kasih guru-guru dan rakan-rakan sekelas sudi hadir.
Isi-isi
Penting
Ü Melahirkan
rasa sedih kerana terpaksa berpisah dengan beliau.
Ü Memohon
agar beliau masih sudi menjenguk sekolah dan mencurahkan bakti kepada sekolah
selepas tamat belajar nani.
Ü Mendoakan
kejayaan beliau.
Penutup
Ü Semoga
beliau masih sudi memberi tunjuk ajar.
Ü Selitkan
pantun yang sesuai.
6. Baru-baru ini anda dan keluarga telah
hercuti di sebuah pusat peranginan yang terkenal di negara ini.
Anda dan keluarga menginap di sebuah hotel.
Semasa anda berada di situ, satu
kejadian mencemaskan berlaku apabila seorang kanak-kanak hampir lemas di kolam
renang hotel itu. Gambarkan peristiwa tersebut.
Pendahuluan
Ü Setiap
kali cuti sekolah, bapa akan membawa kami bercuti ke tempat-tempat menarik.
Ü Bercuti
di Kelantan.
Isi-isi
penting
Ü Menginap
di hotel
Ü Ayah
membawa mandi-manda di pantai.
Ü Mandi
dalam kolam renang hotel -ibu bapa mengawal kami.
Ü Seorang
budak berusia 5 tahun teriatuh ke dalam kolam renang orang dewasa - ibu bapa
mereka leka membaca surat khabar.
Ü Suasana
kelam-kabut -ibu bapa kanak-kanak itu menangis dan menjerit-jerit meminta tolong - penyelamat terjun
menyelamatkan keadaan.
Ü Kanak-kanak
itu diselamatkan - Ibu bapa kanak-kanak itu berterima kasih - kanak-kanak dibawa
ke hospital berhampiran.
Penutup
Ü Ayah
dan ibu menasihati kami supaya jadikan peristiwa itu sebagai pengajaran.
7.
Anda telah menyertai satu ekspedisi di sebuah hutan anjuran sebuah persatuan
di sekolah anda. Tanpa anda sedari,
anda telah terpisah daripada kumpulan anda. Ceritakan pengalaman anda sehingga
anda ditemui
Pendahuluan:
Sentiasa menyertai aktiviti anjuran Kelab
Kembara.
Daripada membuang masa lebih baik menyertai
aktiviti berfaedah
Ibu
bapa pula memberi galakan
Isi-isi:
à Telah
mengikuti ekspedisi ke Hutan Lipur Sungai Congkak.
à Guru
penasihat mengingatkan kami akan pentingnya mematuhi disiplin
à Kami
mendengar nasihat dengan penuh perhatian
à ·Peserta
seramai 32 orang memulakan ekspedisi dengan doa selamat
à Mendaki
anak bukit dan meredah hutan
à Suasana
begitu mendamaikan perasaan
Kelemahanku ialah mudah leka
à Dari
barisan tengah kini berada di barisan belakang
à Tanpa
sedar, sudah terpisah dengan rakan-rakan
Menjerit untuk menarik perhatian rakan
à Tidak
berani terus menjerit bimbang akan binatang buas
à Duduk
berfikir dan terdengar deruan air terjun
Segera menuju ke arah air terjun
à Teringat
pesanan datuk sekiranya sesat perlu menyusuri sungai
Akhirnya
menemui perkampungan orang Asli
Penutup:
Orang Asli itu berjanji akan menunjukkan
jalan keluar.
Yakin akan keikhlasan orang Asli itu
Pengalaman ini boleh dijadikan pengajaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar